Semak Daoun

Gerakan Jarimu, lihatlah tanaman hiasku. Anda berminat, bisa diatur..

08 Maret, 2008

Adenium kok dipahat..



Atraksi Nyoman lagi membentuk Gajah duduk

Kreatif juga seniman kita. Aku baru tahu kalau adenium juga bisa dipahat untuk dibikin patung. Jangan heran senimannya juga datang dari Bali. Awalnya dia pematung batu atau kayu. Tetapi melihat adenium yang berkelok-kelok, ingin juga digarap jadi benda seni.

Pas di TMII acaranya Trubus Expo, Nyoman juga datang menunjukan aksinya. Adenium yang dikerjain adalah adenium dari Yaman seharga 80 juta rupiah yang berumur 110 tahun apa katanya. Awalnya penasaran juga mau dibikin apa adenium ke pelukan orang dewasa.

Alatnya sama juga dengan alat pemahat lainnya, saat itu Nyoman di Bantu asistennya yang bertugas mengoles obat setiap batang yang dipotong. Kaanya biar tidak luka dan membusuk. Wah jadi tontonan pengunjung itu sampai desak-desakan. Kan pada penasaran.

Eh setelah jadi katanya berbentuk gajah lagi santai. Namun penasaran juga tetap ada, masa gajah santai begitu. Mungkin kalau gajahnya masih malu ditonton banyak orang sih, he-he..-o-

Punya kembang, Santai banget sih..


Ini rumah bang Joe (pakai jaket) isteriku lagi lihat-lihat, ada Nawawi yang kurusan

Di sawangan kita sering main ke sesame anggota kelompok Soka Mini. Teman yagn sering ktia datangi sih Nawawi dan Bang Joe. Nawawi itu, tanaman utamanya lemon. Aku juga sudah beli dari dia dan sekarang mulai banyak. Lemon dia cukup ditaruh di depan rumah hanya dikasih paranet biar tidak kepanasan. Cara ngerawatnya juga santai , kadang diganti medianya ke pot yang lebih besar, disemprto biar tidak kena kutu. Kalau sudah gehde biasanya kan enak di lihat tuh. Datang deh orang yang kepngin, tawar dikit-dikit, jadi, dijual deh. Begitu terus.

Emang sih dia miara ikan neon yang dipiara sampai sebulan saja, hasinya ratusan ribu. Kayaknya sih dia piara sampai 10 ribu, satu ekor belinya cepe’ dan dijual cepe’ lebih 75 perak. Tetapi kali 10 ribu. Hebat kan.

Nah, kalau bang Joe, tanamannya lumayan mahal. Ada anthorium, aglonema, ama black cardinal. Kita sudah pernah sih lihat koleksinya. Wes, mantap man, udah bersih, gedhe-gedhe lagi. Dah siap jual. Gambar di atas itu pas kita lihat koleksi tanamannya. Niatnya mau lihat aglonemanya. Emang bagus sih tapi aku tidak kuat beli. Kan terawat, bagus banget. Dia jual sih Rp 300 – 500 ribuan deh. Kalau malam tuh, taneman dibawa ke ruang tamu dan kalau siang dikeluarin biar kena sinar matahari. Padahal ada dua puluh pot kayaknya..

Kalau black cardinalnya katanya tidak dijual. Aduh kepingin banget. Aku punya sih dirumah tetapi masih kecil-kecil belum kelihatan tongkrongan batangnya yang seharusnya kelihatan gagak. Warnanya item kecoklatan jadi kelihatan wibawa deh.

Kalau habis lihat koleksi punya teman kita jadi sedih. Karena koleksi kita pada kurang sinar matahari. Maklum tempat kita sempit ketutup sama tempok rumah. Jadi batangnya apda panjang-panjang. Kelihatannya kurang mantep gitu. Yah kita masih perlu perjuangan untuk mencari tempat yang pas buat koleksi kita. Biar seperti mereka berdua, bisa buat uang jajan dari jualan taneman hias. –O-

06 Maret, 2008

Lihat Kebunku



Inilah sebagian koleksi tanaman kita di Kelurahan Pondok Petir Sawangan Depok.

Sebagian sih isinya masih soka mini, king dan parigata. ada juga sambang dara dan ararea.

tetapi untuk yang tanaman koleksi masih di Taman Melati. tujuannya sih biar aman dan terkontrol

04 Maret, 2008

Sekarang jadi petani ?


Dengan kebaikan Pakdhe dan Budhe Yadie maka mimpi untuk memiliki kebun tamanan hias sedikit mulai terang. Saat itu awal tahun 2007, kita berdua pindah ke sawangan depok untuk mewujudkan kayalan menjadi petani. Jadilah lahan Pakdhe kita jadikan tempat untuk menyemai tanaman kita yang sehari-harinya diurusi oleh Wahadi.

Ada juga Pak Roni, orang dekat Wali kota Depok ini menawarkan program untuk belajar jadi petani tanaman hias. Ada juga Pak Hery, juragan tanaman yang bersedia menyisihkan tanaman jenis soka mini, parigata maupun king untuk dijadikan obyek awal menjadi petani.


Sekarang tinggal kesabaran kita menunggu dan merawat tanaman tersebut. Apalagi prospeknya cukup bagus. Kalau lihat di sepanjang jalan sawangan, oh banyak orang hidup dari tanaman hias. Kenapa kita tidak bias, tinggal sabar saja. Sabar, sabar dan tunggu. Begitulah Iwan Fals bilang, walaupun konteksnya gak pas kali ya,, lagu sama yang aku maksud, he—he..

Investasi Miliaran Lewat Tanaman





Aku dan isteriku terispirasi tulisan dibawah ini. sekarang sudah mulai mengumpulkan sedikit demi sedikit tanaman untuk dikoleksi. siapa tahu bisa jadi bisnis. walaupun itu tidak gampang.


Rifyanto,salah satu pedagang di pameran Flora Fauna Jakarta 2007, Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, tak ragu untuk menjual sebuah tanaman jenis anthurium seharga Rp20 juta. Dia bahkan memiliki jenis lain yang mencapai Rp1,4 miliar. Apabila dilihat dari bentuknya, sulit mempercayai tanaman itu berharga miliaran. Alih-alih memperlihatkan bunga yang cantik,anthurium hanya didominasi daun-daun lebar seperti bakau atau sayuran sawi. Bagi hobiis,dedaunan itulah yang melambangkan kegagahan dengan garis-garis bertekstur tegas.


Tidak hanya daun, tunas anthurium adalah lumbung emas. Bayangkan, harga sebuah tunas bisa mencapai Rp500 ribu. Apasebenarnya yang membuat tanaman ini mahal? Menurut Dani, penjual anthurium di Flora Fauna Jakarta 2007, tanaman tersebut termasuk langka. Apalagi, anthurium juga susah dibudidayakan. ”Meski tak membutuhkan perawatan rumit,tanaman ini tidak bisa dibudidaya melalui kultur jaringan.Bibitnya pun masih sulit didapat.Sebagian masih didatangkan dari Solo,” katanya. Sebagian penjual lainnya berpendapat karena ulah kolektor serta pebisnis tanaman hias. ”Harganya melonjak karena tanaman ini banyak dicari oran



g. Pedagang berduit biasanya membeli dalam jumlah borongan, sehingga stok dipasaran sedikit. Mereka kemudian menjual koleksinya itu dengan harga yang sangat mahal,” ucapnya. Faktor lain pendongkrak harga tanaman ini adalah pameran. Saat penjual mengikuti pameran, mereka akan menaikkan harga tanaman hingga menarik perhatian pengunjung. Harga yang ditawarkan para penjual memang fantastis. Semua tanaman anthurium dari jenis jenmanii ataupun hookeri dijual di atas Rp1,5 juta.Banyak juga yang menembus angka Rp20 juta. Tahun ini boleh jadi tahunnya anthurium.


Tapi ini bukan yang pertama. Pada tahun-tahun sebelumnya, beberapa jenis tanaman lain tak kalah populer.Dan tentu saja,harganya juga selangit.Sebut saja aglaonema dan adenium. Di Indonesia,aglaonema lebih dikenal dengan sebutan sri rejeki atau chinese evergreen. Genus aglaonema terdiri dari 30 spesies. Aglaonema memiliki tingkatan harga yang bervariasi. Mulai Rp1.500 per daun untuk jenis donacarmen, hingga Rp5 juta per daun (jenis Tiara). Setiap tanaman bisa berupa bibit dengan satu atau dua daun, hingga yang berdaun cukup banyak. Tiara, misalnya, sempat membuat sensasi dengan harga jual mencapai nilai Rp5 juta per daun.


Hingga kini, aglaonema kreasi Gregorius Hambali ini masih diminati oleh para hobiis dan kolektor tanaman karena warnanya yang indah. Satu tanaman dengan tujuh tunas muda yang dipisahkan menjadi bibit bisa terjual hingga Rp30 juta. Sejak kemunculannya, tiara telah menaikan harga aglaonema lain. Seiring dengan terkenalnya aglaonema, demam adenium juga mulai merebak.


Tanaman yang dikenal dengan sebutan kamboja jepang ini menarik perhatian karena bunga dan bonggolnya yang mampu membesar seperti bonsai. Bagian akar tanaman itu juga termasuk bagian yang disukai.Bagian akar ini dapat menggembung dan berbentuk unik. Mulai dari tangan, telapak kaki, hingga paha. Harganya pun semakin mahal. Harga tanaman dengan bonggol yang sudah jadi beserta rimbunnya bunga bisa mencapai jutaan rupiah. Di sebuah pameran, adenium dalam sebuah pot dengan akar menggelembung dan bunga rapat ditawarkan Rp30 juta.